MASA LALU
Ketika gerak materi bumi beserta isinya melakukan proses dialektis maka segala sesuatu yang terlibat didalamnya akan mengalami proses yang serupa. Namun perbedaan paradigma yang mendasari praksis menimbulkan faksi-faksi masyarakat yang kontra-produktif terhadap perubahan.
Berbagai diskursus mengenai tata kehidupan masyarakat tak menemukan satu titik pemikiran tentang penggalangan kemandirian kehidupan. Demikian pula halnya dengan mahasiswa. Sebagaielemen masyarakat yang memiliki kemudahan dalam akses informasi dan ilmu sudah sepatutnya apabila mengembalikan peran dan posisi mahasiswa yang tegas dalam proses perubahan. Tak pelak lagi, kebutuhan akan jaringan kerja yang lebih luas dan tidak terjebak pada primordialisme harus terwujudkan dalam sutu wadah bersama. Suatu wadah yang mampu memfasilitasi dan menjadi pelopor dalam pergerakan mahasiswa pada umumnya dan ruang intelektual yang progressif bagi mahasiswa ilmu tanah
Berangkat dari pemikiran tersebut, pada tanggal 9 – 13 November 1989 jaringan organisasi mahasiswa ilmu tanah yang ada di Indonesia bertemu di Kaliurang, Yogyakarta. Bertindak sebagai tuan rumah yaitu KMIT – UGM, yang juga memandang arti penting organisasi nasional sebagai alat perjuangan perkembangan keilmuan dan keprofesian. Melalui kegiatan yang bertajuk Pertemuan dan Seninar Nasional Mahasiswa Ilmu Tanah 1989 berhasil dirumuskan sebuah kesepakatan tentang wadah bersama antar organisasi mahasiswa ilmu tanah se-Indonesia sebagai paying nasional yang mengayomi organisasi tingkat institusi ilmu tanah di bawahnya.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh oleh unsure mahasiswa tanah yang ada di tanah air, diantaranya adalah
HIMAILTA / UNSYIAH - Aceh
IMILTA / USU - Medan
GMIT / UNAND - Padang
HMIT / UNJA - Jambi
HIMITA / UNSRI - Palembang
GAMATALA / UNILA - Lampung
HMIT / IPB - Bogor
HIMATAN / UNPAD - Bandung
HIMATAN / UNSOED - Purwokerto
KMIT / UGM - Yogyakarta
PERMAHAMI / UGM - Yogyakarta
HIMITI / UPN Veteran - Yogyakarta
KMIT / UNS - Surakarta
HMIT / UNIBRAW - Malang
KAMARUTA / UNUD - Denpasar
HIMAITA / UNMUL - Samarinda
Kelompok Mahasiswa Peminat Ilmu Tanah FAPERTA UNHALU - Kendari
Kelompok Mahasiswa Peminat Ilmu Tanah FAPERTA UNTAN - Pontianak
Kelompok Mahasiswa Peminat Ilmu Tanah FAPERTA UNIB - Bengkulu
Selanjutnya pertemuan ini disahkan sebagai Pertemuan Nasional I FOKUSHIMITI dengan anggotanya seperti yang tersebut diatas. Dalam perkembangannya, organisasi mengalami fluktruasi pergerakan yang menuntut anlisa pemikiran tajam dalam membaca kebutuhan organisasi.
Perkembangan dunia pendidikan mendorong terbentuknya infrastruktur serta suprastruktur yang massif. Perubahan kuantitatif menuju kualitatit terjadi pada organisasi. Seiring bertambahnya anggota Fokushimiti yang dibai<at lewat Pertemuan Nasional dari waktu ke waktu,merupakan rangkaian perjalanan organisasi yang cukup dinamis ketika diiringi oleh dialektika berpikir.
Urutan Pernas FOKUSHIMITI
Pernas I di KMIT / UGM Yogyakarta 9-13 November 1989
Pernas II di HMIT / IPB - Bogor
Pernas III di HIMITA / UNHAS - Makasar
Pernas IV di HMIT / IPB - Bogor
Pernas V di KMIT / UGM - Yogyakarta
Pernas VI di HIMATAN / UNPAD - Bandung 31 Okt - 6 Nov 1999
Pernas VII di HIMILTA / UNSRI - Palembang Oktober 2001
Pernas VIII akan diadakan di KAMAHITA / UNTAN – Pontianak, Oktober – November 2003
MASA KINI
Dinamika kehidupan mahasiswa yang cukup cepat dalam perkembangannya mendorong terbukanya ruang improvisasi mahasiswa ilmu tanah. Kebutuhan pangan yang merupakan basis struktur masyarakat mendominasi sector yang ada. Beberapa kerja penguatan dan pengembangan organisasi dalam bentuk ilmiah dan rasional menjadi prioritas yang secara intensif dilakukan.
· Di usianya yang ke – 13, fokushimiti di bawah pimpinan Seretaris Jendral Badan Eksekutif Pusat periode 2001 – 2003 menempatkan konsolidasi – koordinasi sebagai program organisasi dalam mencari solusi alternative terhadap permasalahan organisasi dan realitas sekitar. Hal ini dimaknai sebagai entry point bagi pembangunan infrastruktur yang lebih massif, terdidik dan terpimpin.
MASA MENDATANG
Tanah merupakan sumber daya yang menjadi nafas bagi kehidupan di atasnya. Namun persaingan perebutan basis struktur menjadikan tanah sebagai barang knsumsi bagi para pemilik modal. Berbagai program pembangunan membawa dampak berupa berkurangnya ketersediaan lahan bagi pertanian. Alih fungsi lahan untuk areal wisata, perumahan, perkebunan dan industri merubah usunan masyarakat Indonesia dari agraris ke masyarakat industri.
Sebenarnya ini merupakan scenario liberalisasi system ekonomi Negara oleh kapitalisme global pada Negara-negara dunia ketiga. Melalui lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF, World Bank, CGI, ADB, WTO, peruasahan TNC dan MNC terus melakukan proses eksploitasi, ekspansi dan akumulasi modal mereka. Agenda neo-liberalisme ekonomi yang diusung Negara-negara dunia pertama (kapitalis) berpengaruh nyata terhadap perkembangan dunia yang cenderung monopolistic.
Murahnya upah tenaga kerja, kekayaan sumberdaya alam (tanah, air, udara beserta isinya) serta masyarakat yang konsumtif menjadikan kapitalisme tumbuh subur dan semakin mengakar dalam sendi-sendi kehidupan.
Persoalan pemenuhan kebutuhan hidup yang manusiawi merupakan agenda nasional yang harus disikapi bersama dalam satu kesatuan pergerakan mahasiswa dan sektoral dalam mewujudkan tatanan kehidupan.
Sebuah kerja mulia yang didasari oleh sebuah pertanyaan “…bagaimana jika petani tidak memiliki lahan ?”
![]() |
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah layaknya Mahasiswa, Selamat berkreasi!!!